Rabu, 27 Oktober 2010
Ayat-Ayat Cinta (2008)
Secara umum film disajikan cukup bagus, terutama setting tempat, warna, tokoh sudah sesuai (terlepas dari isi novel dan backround masing-masing tokoh). Pemilihan tokoh Fahri yang kelihatan “student” nya sesuai. Kekurangan dari fim ini (menurut versi beberapa pendapat) terkesan “diburu-buru”. Tetapi menurut saya bisa dimaklum, dengan isi dari suatu novel lengkap untuk dijadikan film berdurasi kurang dari 2jam sudah dipastikan tidak akan selengkap ceritera di Novelnya. Mungkin banyak faktor yang bagi saya tidak masalah. Karena yang paling inti bagi saya pribadi adalah, “bagaimana kita bisa mengambil hikmahnya”
Dalam Film Ayat-Ayat Cinta terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik, diantaranya adalah:
Pertama:
Semakin kuat kita mampu menjaga diri (baca: menjaga diri terhadap lawan jenis), Alloh akan memberikan yang terbaik
Fahri, seperti sosok yang digambarkan, merupakan seorang pemuda sehat, normal, dan mampu “menjaga pandangan” atau lebih tepatnya “menjaga diri” sebagai seorang pemuda muslim terhadap para wanita. Sudah dipastikan Janji Alloh tidak akan melenceng, semakin kita mampu menjaga diri (dalam hal pandangan misalnya). Walau di perjalanan hidup dia agak “kurang berhasil” dalam cinta dan menikah, tetapi di sisi lain (baca: sisi wanita) yang sebenarnya telah banyak mendambakan dia untuk siap “dicintai”. Artinya Jodoh dia sudah ada, tinggal “menjemputnya”. Atau dalam arti Alloh telah dan akan memberikan jodoh yang terbaik untuk Fahri. Aisha, selain berparas cantik (seperti yg digambarkan di novel) juga baik, juga kaya raya, juga berbakti. Dan kalo kita cerminkan kemampuan “menjaga diri”-nya dalam kehidupan Aisha, Aisha tergambar juga sebagai seorang wanita yang mampu “menjadi diri” dan “pandangannya” yang pada akhirnya, dia mendapatkan suami yang sama-sama telah mampu “menjaga diri” dan “pandangannya”. Inilah buah dari sebuah perjalanan hidup penjagaan diriyang disertai kesabaran. Selain itu, kalau dilihat dari sisi “persaingan”, Aisha seolah-olah jadi “pemenang” yang “mengalahkan saingan” dalam hal “perebutan” cinta Fahri. Dan akhirnya “penjemputan” jodoh untuk jatuh kepada Aisha. Disinilah cerminan Janji Alloh, selama kita mampu menjaga diri kita dengan iklash dan sabar, Alloh akan memberikan yang terbaik buat kita, percayalah…….
Bagi saya, saya bercermin untuk saya sendiri, sampai berkata, “Andai dunia ini bisa diputar balik ke masa lalu, Saya akan memperbaiki segala hal termasuk balajar lebih baik dan yang berhubungan dengan “menjaga diri dan pandangan”…..
Kedua:
Perjuangan seorang istri solehah terhadap suami
Berawal dari respon dari Bunda yang mengatakan bahwa ada teman kantornya mengatakan bahwa film tersebut seolah-oleh membuat para lelaki “diatas angin” (=karena poligaminya). Saya bilang SALAH, menurut saya pendapat itu merupakan ungkapan para istri yang sedikit “paranoid” tentang poligami sehingga dengan adanya film ini ketakutannya makin menjadi-jadi. Yang benar dan yang lebih baik dari hikmah dari film ini, adalah perjuangannya seorang istri terhadap suaminya. Di saat Fahri (suami Aisha) difitnah dan menjalani hukuman dan pada saat mendapatkan titik terang dimana hanya Maria yang bisa jadi saksi utama dalam kasus Fahri, maka Aisha harus berjuang untuk mencari dan bisa mendatangkan Maria ke pengadilan, Demi Suami!. … Yang walaupun…………….. dari ada kata-kata Fahri yang sempat terpotong yang sempat membuat Aisha Sedih dan berat yang mana ada sesuatu antara Fahri dan Mari.
Saya salut dengan peristiwa tersebut, walau perjuangan seorang istri terhadap suami memang banyak ragamnya, tetapi peristiwa ini, seorang Aisha harus berjuang demi suaminya dengan “taruhannya” adalah Meridhoi suami harus menikahi Maria………….. lebih tragis lagi kejadian itu berbarengan dengan Aisha yang sedang hamil. Saya seorang lelaki terus terang bisa merasakan apa yang sedang terjadi di benak Aisha…. Berat… sedih….cinta…sayang…takut….. dan lain-lain. Tapi keputusan harus segera diambil untuk keselamatan sang suami.
Terlepas dari skenario atau novelnya, menurut saya disitulah letak pemikiran seorang muslim yang percaya akan keyakinan, bahwa selama kita berbuat baik, Alloh SWT memiliki rencana lain, yang walaupun pahit harus diterima dan ditelan. Dan di akhir ceritera Alloh telah menentukan jodoh untuk seorang Fahri.
Ketiga:
Poligami dan Ghaib.
Dari peristiwa pernikahan dan rentetan peristiwa antara Fahri dengan Aisha dan Fahri dengan Maria, Berpoligami seperti dalam ceritera tersebut, bukan merupakan sesuatu yang mudah, bukan sesuatu yang “dirancang” dll. Dan kalaupun sesorang (seperti halnya kejadian menimpa Fahri) melakukan poligami, merupakan suatu pilihan yang berat dan memberatkan. Dan bukan dari “suatu keinginan”. Karena keinginan dari diri kita, belum tentu keinginan yang hakiki, bisa jadi keinginan tersebut adalah salah satu “kreasi” dari syetan atau iblis sekalipun. Dan setiap keinginan kita tidak selalu sama dengan apa yang direncanakan dan telah dirancang oleh Alloh. Terlalu dini kalo kita (misal) mengatakan “keinginan saya untuk berpoligami ini datang dari Alloh kok…” Sehabat apakah diri kita sehingga bisa mengatakan itu. Sehebat Nabi kah…? Poligami memang tidak dilarang, tapi please deh…….. Think deeply first…..
Kalo kita lihat dari awal peristiwa pernikahan sampai di akhir film, Alloh SWT telah membuktikan salah satu kekuasaan Alloh dalam hal “Ghaib”. Ghaib dalam arti, kita tidak pernah dan tidak akan bisa memprediksi atau menentukan apa rencana Alloh SWT ke depan.
Terlepas dari skenario, Siapa yang sangka kalo setelah Maria dinikahi oleh Fahri sebagai istri kedua, meninggal dengan keislaman…?
“Dan siapa yang menyangka kalo jodoh sebenarnya ternyata orang yang baru “datang” dan justru bukan orang yang selama ini selalu bersama kita atau bahkan satu sama lain telah memiliki “harapan” untuk bersatu? “
Lihatlah Nurul dan Fahri, Nurul mempunyai harapan dan cita-cita ingin hidup bersama dengan Fahri (Nurul mencintai Fahri), dan Fahri juga memiliki rasa yang sama, tetapi kekurangpercayaan diri Fahri membuat dia tidak mampu menyatakannya. “harapan” dalam diri mereka masing-masing, kita bisa berpendapat, bahwa di “alam lain” telah terjadi sepasang manusia yang memiliki rasa cinta dengan “target” satu sama lain, tetapi tetap saja tidak bisa bersatu. Karena itu “Ghaib”. Dan Alloh memiliki rencana lain untuk Fahri dan juga untuk Nurul. Sehingga Fahri tidak menikah dengan Nurul. Begitu juga dengan pengalaman teman saya, dia berpacaran dengan teman saya juga sampai lebih dari 10tahun!.. Pada saatnya tiba, Alloh memberikan jodohnya untuk masing-masing artinya mereka berdua tidak menikah sebagaimana yang telah mereka rencanakan…. Amazing….
Dalam hal poligami dan Ke’Ghaib”-an seperti yang terjadi dalam kenyataan misalnya, Kontroversi A’a Gym yang berpoligami, saya mau bertanya….., adakah yang bisa memprediksi, apa sebenarnya akan terjadi antar A’a Gym dengan kedua istrinya dikemudian hari? Artinya….. perjalanan hidup A’a Gym dalam berpoligami BELUM SELESAI….. (his story is still on going….) Dan karena belum selesai, biarkan saja kehidupan mereka seperti itu, tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang merugikan.
Untuk mempelajari dan bahkan melakukan poligami, berangkatlah dari riwayat Nabi Muhammad. Silahkan pelajari latar belakang kejadian sehingga membuat Rasul menikahi istri-istrinya, artinya dasar pemikiran “Nabi juga memiliki Istri lebih dari satu” tidak bisa dijadikan alasan seketika untuk menikah lagi seenaknya. Nabi memiliki alasan untuk menikahi istri-istri nya, rencana, dan latar belakang mengapa beliau melakukan hal tersebut. Dan kita tahu, alasan, rencana dari seorang Nabi adalah sudah dipastikan datangnya dari Alloh. Dan akan berbeda dengan alasan dan rencana manusia lain untuk berpoligami, sudah dipastikan belum tentu dari Alloh, bahkan bisa jadi jadi Syetan atau Iblis…. We’ve never know… Oleh karena itu, bagi yang sedang berfikir ke arah melaksanakan poligami, silahakan pelajari dengan seksama, hystori dll latar belakang dan tujuan Nabi memiliki istri lebih dari satu atau bahkan memiliki istri lebih dari 4. Mampukah kita seperti Nabi??????
Dan bahkan Nabi muhammad pernah berkata (kurang lebih) intinya adalah “masih banyak sunnah rasul yang bisa dilakukan oleh umat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”, artinya selain berpoligami, masih banyak hal yang bisa diperbuat untuk melaksanakan sunnah-sunnah Nabo. Berpoligami yang dilakukan oleh Nabi karena “beliau adalah Nabi”. Tinggal kita bertanya untuk diri kita sendiri, sudah seberapa banyakkah atau sudah cukupkah kita melaksanakan “semua” sunnah rasul selain poligami? Sehingga kita memiliki keinginan untuk berpoligami…? Please dech………
Masih berkenaan dengan poligami, pendapat saya adalah, poligami tidak dilarang, saya tidak anti poligami, tetapi kalau ada yang bertanya kepada saya mengapa tidak berpoligami, saya akan menjawab: “Saya bukan Nabi, tingkatan saya pun masih jauh seperti Nabi”
Keempat:
semangat hidup sang pelajar
Sudah saatnya para pelajar dan mahasiswa indonesia sekarang untuk bisa membaca dan membuka mata tentang hakikat “belajar” dan hakikat seorang “pelajar”. Sangat sedih beberapa hari sebelumnya melihat kumpulan kejadian tawuran di layar televisi, para mahasiswa Indonesia yang notabene merupakan kaum intelektual muda masa datang. Perkelahian bahkan berunsur kekerasan, baik antar jurusan, antar kampus, dan lain sebagainya. Prihatin……………………….
Selain itu, sorang pelajar Fahri dalam kahidupan sekolahnya selalu memiliki target yang terjaga untuk dicapaidan ditambah dengan iringan do’a tiada henti, dia selalu berharap semua target dapat dicapai.
Mari kita lihat Fahri di film ini, begitu dia berjuang membawa amanat orang tuanya untuk menjadi penerus keluarga (minimal) yang menuntut ilmu di luar negeri dengan begitu banyak cobaan dan tantangan hidup, termasuk tantangan hidup akan “cinta”.
Saya salut dan terinspirasi, bahwa “tanpa sungguh-sungguh kita belajar, kita tidak akan berhasil”. Belajar dalam arti belajar tiada henti sampai akhir hayat. Saya memiliki rasa iri kepada Fahri, dia mampu menunjukkan sebagai pelajar Indonesia sukses dan mampu menggunakan beberapa bahasa sehingga bisa berinteraksi langsung dengan siapapun yang bertemu dengannya, selain itu juga giat belajar serta memiliki keistiqomahan sebagai seorang muslim sejati.
Hal paling membuat saya iri adalah Fahri memiliki dan dibimbing oleh seorang GURU. Dekatnya Fahri dengan seorang Guru, dia bisa terbimbing dengan baik, pada saat suka maupun duka. Saya iri karena ini merupakan cita-cita saya sejak dahulu, yaitu saya ingin memiliki seorang GURU, Guru dalam hidup saya dan sekarang saya belum mendapatkannya.
“KITA MASIH PERLU SEORANG GURU DALAM HIDUP”
Kelima:
“Jangan lupakan sejarah” – kisah para anbiya atau para sahabat nabi.
Fitnah yang terjadi dalam film tersebut, sehingga Fahri difitnah memperkosa Noura dan Fahri harus menjalani hukuman di penjara. Benar nasihat yang disampaikan oleh seorang penghuni penjara, bahwa kejadian yang menimpa Fahri tidak berbeda dengan apa yang dialami Nabi Yusuf. Dan diminta untuk berkaca, apa yang dilakukan Nabi Yusuf waktu dulu setelah difitnah. Dimana kesabaran dan keikhlashan merupakan hal penting yang harus dijalani, karena Alloh akan menunjukkan kebenaran. Kisah Nabi Yusuf yang dicerminkan pada kejadian Fahri adalah contohnya.
Bagi kita, “Jangan sekali-kali lupakan sejarah” (seperti dikatakan oleh Bung Karno). Sejarah Nabi ataupun riwayat-riwayat bermakna merupakan fenomena sejarah yang harus difahami dan dipelajari sebagai bahan pembelajaran juga peringatan maka kita harus mampu mengambil hikmahnya. Oleh karena itu, belajar dan terus belajar merupakan jalan satu-satunya untuk mendapatkan keselamatan.
Salah satu contoh lain adalah dalam fim Kingdom of Heaven (2005), dimana berceritera tentang kemenangan Salladin dalam perang dengan Romawi. Dan pada saat kemenangan, Salladin mencontohkan atau menunjukkan tauladan kepada kita, dimana seorang muslim, ketika berada di posisi menang atau “atas” tetap menghormati agama lain, menghormati perjanjian serta melindungi kaum yang lemah dan kalah. Contoh lain lagi adalah, Dalam perang Uhud, kenapa Pasukan Rasullallah kalah? Bukankah kekalahan mereka dikarenakan karena ketidaktaatan pasukan akan perintah pemimpin? Dan silahkan cerminkan dengan apa yang sedang terjadi dengan kita atau kantor kita atau team kita saat-saat ini, dimana suatu kegagalan terhadap sesuatu bisa jadi dikarenakan oleh “ketidaktaatan” kita terhadap “sesuatu” aturan.
Keenam:
Hormati Agama lain termasuk para pemeluknya……
Ketujuh (terakhir):
Berprasangka baiklah Kepada Alloh.
Sejelek apapun cobaan kepada kita, semenderita apapun yang menimpa kita, sesedih apapun yang menimpa kita, semua itu adalah rencana Alloh yang sedang memilihkan kebaikan untuk Kita. Semakin baik prasangka Kita kepada Alloh, Akan baik pula yang akan Alloh berikan, begitu juga sebaliknya, buruk sangka kita kepada Alloh, maka buruk pula yang akan diperoleh. Ingatlah, Alloh tidak akan memberikan penderitaan kepada hambanya di luar kemampuannya, yang berarti bahwa dibalik kesulitan atau kedukaan, terdapat kemudahan dan kesukacitaan……. Percayalah, berbaik sangkalah kepada Alloh SWT. Dan andaikan diantara kita masih belum menemukan jodoh, tetaplah janganlah berprasangka kepada Alloh apalagi kalau samapi mengatakan Alloh tidak adil.
Ada suatu ceritera dari suatu sumber, ceritera tentang seorang petani labu yang sedang berteduh di pohon beringin di samping kebunnya. Suatu ketika, sang petani sedang berteduh seperti biasanya di bawah pohon beringin sambil melepas lelah. Dan dia berkata, “Tuhan kok tidak adil ya, mengapa pohon beringin sebesar ini memiliki buah yang kecil-kecil, sedangkan pohon labu yang pendek dan kecil memiliki buah yang jauh lebih besar, benar-benar tidak adil…!” Tiba-tiba jatuhlah buah beringin tersebut tepat di kepalanya. Sejenak di sadar, dan mengucapkan istighfar, “Astaghfirullah… Ya alloh ampunin hamba yang telah menuduhmu tidak adil, andaikan buah beringin sebesar buah labu, sudah hancur kepala saya ini, Ya Alloh Engkau memang Adil dan Engkau telah menunjukkan salah satu sifat Adil-Mu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar